Saudara-Saudara Nabi Yusuf Meminta Izin Membawa Binyamin
Saudara-Saudara Nabi Yusuf Meminta Izin Membawa Binyamin adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Al-Bayan Min Qashashil Qur’an. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abu Ya’la Kurnaedi, Lc. pada Senin, 23 Jumadil Awal 1446 H / 25 November 2024 M.
Kajian Tentang Saudara-Saudara Nabi Yusuf Meminta Izin Membawa Binyamin
Dalam pertemuan ini, kita melanjutkan pembahasan dari kisah Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam, tepatnya tentang bagaimana saudara-saudara Nabi Yusuf berbicara kepada ayah mereka, Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam, untuk memohon izin membawa Binyamin ke Mesir guna mendapatkan kembali jatah gandum.
Allah Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا رَجَعُوا إِلَىٰ أَبِيهِمْ قَالُوا يَا أَبَانَا مُنِعَ مِنَّا الْكَيْلُ فَأَرْسِلْ مَعَنَا أَخَانَا نَكْتَلْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Maka ketika mereka kembali kepada ayah mereka, mereka berkata, ‘Wahai Ayah kami, kita semua tidak akan mendapatkan jatah lagi jika tidak membawa saudara kami (Binyamin). Karena itu, izinkanlah dia pergi bersama kami agar kami memperoleh jatah, dan sesungguhnya kami akan menjaganya.`” (QS. Yusuf [12]: 63)
قَالَ هَلْ آمَنُكُمْ عَلَيْهِ إِلَّا كَمَا أَمِنْتُكُمْ عَلَىٰ أَخِيهِ مِنْ قَبْلُ ۖ فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
“Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam menjawab: ‘Maukah aku mempercayakan dia kepada kalian, seperti dahulu aku telah mempercayakan saudaranya kepada kalian? Allah adalah sebaik-baik Penjaga, dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.`” (QS. Yusuf [12]: 64)
Barang-Barang yang Dikembalikan
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَمَّا فَتَحُوا مَتَاعَهُمْ وَجَدُوا بِضَاعَتَهُمْ رُدَّتْ إِلَيْهِمْ ۖ قَالُوا يَا أَبَانَا مَا نَبْغِي ۖ هَٰذِهِ بِضَاعَتُنَا رُدَّتْ إِلَيْنَا ۖ وَنَمِيرُ أَهْلَنَا وَنَحْفَظُ أَخَانَا وَنَزْدَادُ كَيْلَ بَعِيرٍ ۖ ذَٰلِكَ كَيْلٌ يَسِيرٌ
“Dan ketika mereka membuka barang-barang mereka, mereka mendapati barang tukar mereka telah dikembalikan kepada mereka. Mereka berkata, ‘Wahai Ayah kami, apalagi yang kita inginkan? Barang-barang kami telah dikembalikan kepada kami. Kami akan membawa bahan makanan pokok untuk keluarga kita, menjaga saudara kami, dan kami akan mendapatkan tambahan jatah seberat beban unta. Itu adalah takaran yang mudah (bagi Raja Mesir).`” (QS. Yusuf [12]: 65)
Sumpah Nabi Ya’qub
Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam, yang telah berpengalaman kehilangan anaknya, berkata:
لَنْ أُرْسِلَهُ مَعَكُمْ حَتَّىٰ تُؤْتُونِ مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ لَتَأْتُنَّنِي بِهِ إِلَّا أَنْ يُحَاطَ بِكُمْ
“Aku tidak akan mengutusnya bersama kalian sebelum kalian bersumpah atas nama Allah bahwa kalian pasti akan membawanya kembali kepadaku, kecuali jika kalian dikepung musuh.” (QS. Yusuf [12]: 66)
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang kisah ini, bahwa Nabi Ya’qub berkata kepada putra-putranya:
وَقَالَ يَا بَنِيَّ لَا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُتَفَرِّقَةٍ ۖ وَمَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ ۖ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Dan dia (Ya’qub) berkata: ‘Wahai anak-anakku, janganlah kalian masuk dari satu pintu gerbang saja, tetapi masuklah dari pintu-pintu yang berbeda-beda; namun aku tidak dapat melepaskan kalian dari takdir Allah sedikit pun. Keputusan itu hanyalah milik Allah; kepada-Nya aku bertawakal, dan kepada-Nyalah hendaknya orang-orang bertawakal.`” (QS. Yusuf [12]: 67)
Dalam ayat ini, Nabi Ya’qub menasihati putra-putranya agar tidak masuk ke kota Mesir melalui satu pintu saja, tetapi melalui pintu-pintu yang berbeda. Hal ini dilakukan sebagai langkah kehati-hatian agar mereka tidak menonjol dan tidak menarik perhatian. Para ulama menjelaskan bahwa Nabi Ya’qub khawatir anak-anaknya terkena ‘ain, yaitu pandangan hasad atau iri yang bisa mendatangkan mudharat.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْعَيْنُ حَقٌّ , لَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ فَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا
“‘Ain itu benar adanya. Jika ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, maka ‘ain-lah yang mendahuluinya. Jika kalian diminta untuk mandi (karena ‘ain), maka mandilah.” (HR. Muslim)
‘Ain adalah pandangan hasad atau iri yang dapat membahayakan, bahkan bisa menyebabkan seseorang sakit atau meninggal. Rasulullah mengajarkan agar jika seseorang diminta mandi air wudhu karena dianggap menyebabkan ‘ain, maka ia hendaknya memenuhi permintaan tersebut.
Dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disebutkan:
العين تُدخل الرجل القبر، وتُدخل الجمل القدر
“‘Ain dapat memasukkan seseorang ke dalam kubur, dan dapat memasukkan unta ke dalam panci.” (HR. Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah)
Hadits ini menunjukkan bahwa ‘ain, baik karena pandangan hasad (iri) maupun takjub yang berlebihan, dapat menyebabkan seseorang sakit bahkan meninggal dunia. Demikian pula, seekor unta yang terkena ‘ain dapat mati sehingga akhirnya dimasak di dalam panci. Hal ini menunjukkan dampak buruk yang nyata dari ‘ain terhadap manusia dan makhluk lainnya.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga memberikan solusi untuk menangkal ‘ain. Beliau bersabda:
إذا رأى أحدكم من نفسه أو ماله أو من أخيه ما يعجبه فليدع له بالبركة فٍان العين حق
“Apabila salah satu di antara kalian melihat sesuatu yang menakjubkan pada dirinya sendiri, hartanya, atau saudaranya, maka hendaknya ia mendoakan keberkahan untuknya. Sesungguhnya ‘ain itu benar adanya.” (HR. Hakim)
Hadits ini mengajarkan bahwa jika seseorang merasa takjub terhadap sesuatu—baik pada dirinya sendiri, hartanya, atau kelebihan orang lain—ia dianjurkan untuk segera mendoakan keberkahan. Contohnya dengan mengucapkan: “Barakallahu fiik” (Semoga Allah memberkahimu).
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Simak dan download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.
Download MP3 Kajian
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54735-saudara-saudara-nabi-yusuf-meminta-izin-membawa-binyamin/